Penyakit berbasis lingkungan
merupakan kondisi patologis yang mengakibatkan terjadinya kelainan baik secara
morfologi maupun fisiologi yang diakibatkan karena interaksi antar manusia
maupun interaksi dengan hal - hal yang berada di lingkungan sekitar yang
berpotensi menimbulkan penyakit.
Menurut Pedoman Arah Kebijakan
Program Kesehatan Lingkungan Pada Tahun 2008 menyatakan bahwa Indonesia masih
memiliki penyakit menular yang berbasis lingkungan yang masih menonjol seperti
DBD, TB paru, malaria, diare, infeksi saluran pernafasan, HIV/AIDS, Filariasis,
Cacingan, Penyakit Kulit, Keracunan dan Keluhan akibat Lingkungan Kerja yang
buruk.. Pada tahun 2006, sekitar 55 kasus yang terkonfirmasi dan 45
meninggal (CFR 81,8%), sedangkan tahun 2007 - 12 Februari dinyatakan 9 kasus
yang terkonfirmasi dan diantaranya 6 meninggal (CFR 66,7%). Adapun hal - hal
yang masih dijadikan tantangan yang perlu ditangani lebih baik oleh
pemerintah yaitu terutama dalam hal survailans, penanganan pasien/penderita,
penyediaan obat, sarana dan prasarana rumah sakit.
- Diare
Diare adalah suatu penyakit yang biasanya ditandai dengan perut mulas,
meningkatnya frekuensi buang air besar, dan konsentrasi tinja yang encer. Tanda-tanda
Diare dapat bervariasi sesuai tingkat keparahannya serta tergantung pada jenis.
penyebab diare. Ada beberapa penyebab diare. Beberapa di antaranya adalah Cyclospora
cayetanensis, total koliform (E. coli, E. aurescens, E. freundii, E.
intermedia, Aerobacter aerogenes), kolera, shigellosis, salmonellosis,
yersiniosis, giardiasis, Enteritis campylobacter, golongan
virus dan patogen perut lainnya.
Penularannya bisa dengan jalan tinja mengontaminasi makanan secara langsung ataupun tidak langsung (lewat lalat). Untuk beberapa jenis bakteri, utamanya EHEC (Enterohaemorragic E. coli), ternak merupakan reservoir terpenting. Akan tetapi, secara umum manusia dapat juga menjadi sumber penularan dari orang ke orang. Selain itu, makanan juga dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen akibat lingkungan yang tidak sehat, di mana-mana ada mikroorganisme patogen, sehingga menjaga makanan kita tetap berseih harus diutamakan.
Penularannya bisa dengan jalan tinja mengontaminasi makanan secara langsung ataupun tidak langsung (lewat lalat). Untuk beberapa jenis bakteri, utamanya EHEC (Enterohaemorragic E. coli), ternak merupakan reservoir terpenting. Akan tetapi, secara umum manusia dapat juga menjadi sumber penularan dari orang ke orang. Selain itu, makanan juga dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen akibat lingkungan yang tidak sehat, di mana-mana ada mikroorganisme patogen, sehingga menjaga makanan kita tetap berseih harus diutamakan.
Cara
Penularan melalui :
- Makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli yang dibawa oleh lalat yang hinggap pada tinja, karena buang air besar (BAB) tidak di jamban.
- Air minum yang mengandung E. Coli yang tidak direbus sampai mendidih.
- Air sungai yang tercemar bakteri E.coli karena orang diare buang air besar di sungai digunakan untuk.
- Tangan yang terkontaminasi dengan bakteri E.coli (sesudah BAB tidak mencuci tangan dengan sabun)
- Makanan yang dihinggapi lalat pembawa bakteri E.Coli kemudian dimakan oleh manusia
Cara
pencegahan penyakit diare yang disesuaikan dengan faktor penyebabnya adalah
sebagai berikut :
a.
Penyediaan
air tidak memenuhi syarat
1.
Gunakan air dari sumber terlindung
2.
Pelihara dan tutup sarana agar
terhindar dari pencemaran
b.
Pembuangan
kotoran tidak saniter
1.
Buang air besar di jamban
2.
Buang tinja bayi di jamban
3.
Apabila belum punya jamban harus
membuatnya baik sendiri maupun berkelompok dengan tetangga.
c.
Perilaku
tidak higienis
1.
Cuci tangan sebelum makan atau
menyiapkan makanan
2.
Cuci tangan dengan sabun setelah
buang air besar
3.
Minum air putih yang sudah dimasak
4.
Menutup makanan dengan tudung saji
5.
Cuci alat makan dengan air bersih
6.
Jangan makan jajanan yang kurang
bersih
7. Bila yang
diare bayi, cuci botol dan alat makan bayi dengan air panas/mendidih.
Sedangkan
intervensi pada faktor lingkungan dapat dilakukan antra lain melalui :
1.
Perbaikan sanitasi lingkungan dan
pemberantasan vektor secara langsung.
2. Perbaikan
sanitasi dapat diharapkan mampu mengurangi tempat perindukan lalat. Cara yang
bisa diambil di antaranya adalah menjaga kebersihan kandang hewan, buang air
besar di jamban yang sehat, pengelolaan sampah yang baik, dan sebagainya.
1.
ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut / ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah, merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Akan tetapi, anak yang menderita pneumoni bila tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Di Dinkes/Puskesmas, Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan, yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penumonia disebabkan oleh bahaya biologis, yaitu Streptococcus pneumoniae. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis, dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Sumber penyakit ini adalah manusia. Pneumococci umum ditemukan pada saluran pernafasan bagian atas dari orang yang sehat di seluruh dunia. Sedangkan Agen ditularkan ke manusia lewat udara melalui percikan ludah, kontak langsung lewat mulut atau kontak tidak langsung melalui peralatan yang terkontaminasi discharge saluran pernafasan. Biasanya penularan organisme terjadi dari orang ke orang, tetapi penularan melalui kontak sesaat jarang terjadi. Manusia yang berada dalam lingkungan yang kumuh dan lembab memiliki risiko tinggi untuk tertular penyakit ini (intervensi dengan pemberian genting kaca dan ventilasi padan rumah sering sangat efektif untuk mengatasi penyakit ini). Setelah terpajan agen, penderita dapat sembuh atau sakit. Seperti yang diterangkan sebelumnya, untuk agen virus penderita (misalnya flu) sebenarnya tidak perlu mendapatkan perlakuan khusus. Cukup dijaga kondisi fisiknya. Penderita yang positif ISPA adalah mereka yang ditandai dengan serangan mendadak dengan demam menggigil, nyeri pleural, dyspnea, tachypnea, batuk produktif dengan dahak kemerahan serta lekositosis. Serangan ini biasanya tidak begitu mendadak, khususnya pada orang tua dan hasil foto toraks mungkin memberi gambaran awal adanya pneumonia. Pada bayi dan anak kecil, demam, muntah dan kejang dapat merupakan gejala awal penyakit. Diagnosa etiologis secara dini sangat penting untuk mengarahkan pemberian terapi spesifik. Diagnosa pneumoni pneumokokus dapat diduga apabila ditemukannya diplococci gram positif pada sputum bersamaan dengan ditemukannya lekosit polymorphonuclear. Diagnosa dapat dipastikan dengan isolasi pneumococci dari spesimen darah atau sekret yang diambil dari saluran pernafasan bagian bawah orang dewasa yang diperoleh dengan aspirasi percutaneous transtracheal.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut / ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah, merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Akan tetapi, anak yang menderita pneumoni bila tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Di Dinkes/Puskesmas, Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan, yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penumonia disebabkan oleh bahaya biologis, yaitu Streptococcus pneumoniae. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis, dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Sumber penyakit ini adalah manusia. Pneumococci umum ditemukan pada saluran pernafasan bagian atas dari orang yang sehat di seluruh dunia. Sedangkan Agen ditularkan ke manusia lewat udara melalui percikan ludah, kontak langsung lewat mulut atau kontak tidak langsung melalui peralatan yang terkontaminasi discharge saluran pernafasan. Biasanya penularan organisme terjadi dari orang ke orang, tetapi penularan melalui kontak sesaat jarang terjadi. Manusia yang berada dalam lingkungan yang kumuh dan lembab memiliki risiko tinggi untuk tertular penyakit ini (intervensi dengan pemberian genting kaca dan ventilasi padan rumah sering sangat efektif untuk mengatasi penyakit ini). Setelah terpajan agen, penderita dapat sembuh atau sakit. Seperti yang diterangkan sebelumnya, untuk agen virus penderita (misalnya flu) sebenarnya tidak perlu mendapatkan perlakuan khusus. Cukup dijaga kondisi fisiknya. Penderita yang positif ISPA adalah mereka yang ditandai dengan serangan mendadak dengan demam menggigil, nyeri pleural, dyspnea, tachypnea, batuk produktif dengan dahak kemerahan serta lekositosis. Serangan ini biasanya tidak begitu mendadak, khususnya pada orang tua dan hasil foto toraks mungkin memberi gambaran awal adanya pneumonia. Pada bayi dan anak kecil, demam, muntah dan kejang dapat merupakan gejala awal penyakit. Diagnosa etiologis secara dini sangat penting untuk mengarahkan pemberian terapi spesifik. Diagnosa pneumoni pneumokokus dapat diduga apabila ditemukannya diplococci gram positif pada sputum bersamaan dengan ditemukannya lekosit polymorphonuclear. Diagnosa dapat dipastikan dengan isolasi pneumococci dari spesimen darah atau sekret yang diambil dari saluran pernafasan bagian bawah orang dewasa yang diperoleh dengan aspirasi percutaneous transtracheal.
Secara
sederhana penyakit ISPA mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Penyebab
Penyakit :
·
Bakteri streptococcus pneumonia
(pneumococci)
·
Hemophilus influenzae
·
Asap dapur
·
Sirkulasi udara yang tidak sehat
Sedangkan
tempat berkembang biak saluran pernafasan, dengan cara penularan melalui udara
(aerogen) berupa kontak langsung melalui mulut penderita serta cara tidak
langsung melalui udara yang terkontaminasi dengan bakteri karena penderita
batuk.
Cara efektif mencegah penyakit ISPA (berdasarkan faktor penyebab penyakit) adalah :
Cara efektif mencegah penyakit ISPA (berdasarkan faktor penyebab penyakit) adalah :
a.
Tingkat
hunian rumah padat
1. Satu kamar
dihuni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih atau sma dengan
8m2/jiwaq
2.
Plesterisasi lantai rumah .
b.
Ventilasi
rumah/dapur tidak memenuhi syarat
1.
Memperbaiki lubang penghawaan /
ventilasi
2.
Selalu membuka pintu/jendela
terutama pagi hari
3.
Menambah ventilasi buatan
c.
Perilaku
1.
Tidak membawa anak/bayi saat memasak
di dapur
2.
Menutup mulut bila batuk
3.
Membuang ludah pada tempatnya
4.
Tidak menggunakan obat anti nyamuk
bakar
5.
Tidur sementara terpisah dari
penderita
3.
TUBERCULOSIS (TBC)
Tuberculosis
(TBC) adalah batuk berdahak lebih dari 3 minggu, dengan penyebab penyakit
adalah kuman / bakteri mikrobakterium tuberkulosis. Tempat berkembang
biak penyakit adalah di paru-paru.
Bakteri Tuberculosis |
a.
Cara penularan penyakit melalui udara,
dengan proses sebagai berikut :
·
Penderita TBC berbicara, meludah,
batuk, dan bersin, maka kuman-kuman TBC yang berada di paru-paru menyebar ke udara
terhirup oleh orang lain.
·
Kuman TBC terhirup oleh orang lain
yang berada di dekaqt penderita.
b.
Cara Pencegahan berdasarkan faktor
penyebab penyakit:
· Tingkat hunian rumah padat
1.
Satu kamar dihuni tidak lebih dari 2
orang atau sebaiknya luas kamar lebih atau sama dengan 8m2 / jiwa
2. Lantai rumah
disemen
·
Ventilasi
rumah/dapur tidak memenuhi syarat
1.
Memperbaiki lubang penghawaan /
ventilasi
2.
Selalu membuka pintu/jendela
terutama pagi hari
3.
Menambah ventilasi buatan
·
Perilaku
1.
Menutup mulut bila batuk
2.
Membuang ludah pada tempatnya
3.
Jemur peralatan dapur
4.
Jaga kebersihan diri
5.
Istirahat yang cukup
6.
Makan makan bergizi 7. Tidur terpisah dari penderita
4. DEMAM
BERDARAH DENGUE
Penyebab
Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk aedes
aegypti.
a.
Tempat berkembang biak:
1) Di dalam rumah / diluar rumah untuk
keperluan sehari-hari seperti ember, drum, tempayan, tempat penampungan air
bersih, bak mandi/WC/ dan lain-lain
2) Bukan untuk
keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semen,
kaleng bekas yang berisi air bersih, dll
3) Alamiah
seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, potongan
bambu yang dapat menampung air hujan, dll
b.
Cara
penularan
1) Seseaorang yang dalam darahnya
mengandung virus dengue merupakan merupakan sumber penyakit.
2) Bila digigit
nyamuk virus terhisap masuk kedalam lambung nyamuk, berkembang biak, masuk ke
dalam kelenjar air liur nyamuk setelah satu minggu didalam tubuh nyamuk, bila
nyamuk menggigit orang sehat akan menularkan virus dengue.
3) Virus dengue
tetap berada dalam tubuh nyamuk sehingga dapat menularkan kepada orang lain,
dan seterusnya.
c.
Cara efektif mencegah penyakit Demam
Berdarah (berdasarkan faktor penyebab penyakit), sebagai berikut :
1)
Lingkungan
rumah / ventilasi kurang baik :
a)
Menutup tempat penampungan air
b) Menguras bak
mandi 1 minggu sekali
c) Memasang
kawat kasa pada ventilasi dan lubang penghawaan
d) Membuka
jendela dan pasang genting kaca agar terang dan tidak lembab
d.
Lingkungan
sekitar rumah tidak terawat
1)
Seminggu sekali mengganti air tempat
minum burung dan vas bunga
2) Menimbun
ban, kaleng, dan botol/gelas bekas
3) Menaburkan
bubuk abate pada tempat penampungan air yang jarang dikuras atau memelihara
ikan pemakan jentik
e. Perilaku tidak sehat
Melipat dan menurunkan kain/baju
yang bergantungan
5. KECACINGAN
a.
Penyebab cacingan :
1) Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
berkembang biak di dalam perut manusia dan di tinja. Telur cacing dapat masuk
kedalam mulut melalui makanan yang tercemar atau tangan yang tercemar dengan
telur cacing. Telur Cacing menetas menjadi cacing didalam perut, selanjutnya
keluar bersama-sama tinja.
2) Kecacingan
yang disebabkan karena Cacing Kremi (Enterobius vermicularis). Tempat
berkembang biak jenis cacing ini di perut manusia dan tinja, dengan cara
penularan menelan telur cacing yang telah dibuahi, dapat melalui debu, makanan
atau jari tangan (kuku).
3) Penyakit
kecacingan lain, disebabkan oleh Cacing tambang (Ankylostomiasis Duodenale).
Jenis cacing ini mempunyai tempat berkembang biak Perut manusia dan tinja. Cara
Penularan dimulai ketika telur dalam tinja di tanah yang lembab atau lumpur
menetas menjadi larva. Kemudian larva tersebut masuk melalui kulit, biasanya
pada telapak kaki. Pada saat kita menggaruk anus, telur masuk kedalam kuku,
jatuh ke sprei atau alas tidur dan terhirup mulut. Telur dapat juga terhirup
melaui debu yang ada di udara. atau dengan reinfeksi (telur – larva – masuk
anus lagi).
b.
Cara efektif mencegah penyakit
Kecacingan (berdasarkan faktor penyebab penyakit):
1) Pembuangan Kotoran Tidak Saniter
1) Pembuangan Kotoran Tidak Saniter
a)
Buang air besar hanya di jamban
b) Lubang
WC/jamban ditutup
c) Bila belum
punya, anjurkan untuk membangun sendiri atau berkelompok dengan tetangga
d) Plesterisasi
lantai rumah
2)
Pengelolaan
makanan tidak saniter
a)
Cuci sayuran dan buanh-buahan yang
akan dimakan dengan air bersih
b) Masak
makanan sampai benar-benar matang
c) Menutup
makanan pakai tudung saji
3)
Perilaku
Tidak Hygienis
a)
Cuci tangan pakai sabun sebelum
makan
b) Cuci tangan
pakai sabun setelah buang air besar
c) Gunakan
selalu alas kaki
d) Potong
pendek kuku
e) Tidak
gunakan tinja segar untuk pupuk tanaman
6. PENYAKIT KULIT
Penyakit
kulit biasa dikenal dengan nama kudis, skabies, gudik, budugen. Penyebab
penyakit kulit ini adalah tungau atau sejenis kutu yang yang sangat kecil yang
bernama sorcoptes scabies. Tungau ini berkembang biak dengan cara menembus
lapisan tanduk kulit kita dan membuat terowongan di bawah kulit sambil
bertelur.
Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung atau melalui peralatan seperti baju, handuk, sprei, tikar, bantal, dan lain-lain.
Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung atau melalui peralatan seperti baju, handuk, sprei, tikar, bantal, dan lain-lain.
a.
Cara efektif mencegah penyakit kulit
(berdasarkan faktor penyebab penyakit), sebagai berikut :
1)
Penyediaan
air
a) Gunakan air dari sumber yang
terlindung
b) Pelihara dan jaga agar sarana air terhindar dari
pencemaran
2)
Kesehatan
perorangan jelek
a)
Cuci tangan pakai sabun
b) Mandi 2 kali
sehari pakai sabun
c)
Potong pendek kuku jari tangan
3)
Perilaku
tidak hygienis
a)
Peralatan tidur dijemur
b) Tidak
menggunakan handuk dan sisir secara bersamaan
c) Sering
mengganti pakaian
d) Pakaian
sering dicuci
e) Buang air
besar di jamban
f) Istirahat
yang cukup
g) Makan
makanan bergizi
7. KERACUNANA MAKANAN
Cara efektif
mencegah Keracunan Makanan, berdasarkan faktor penyebab penyakitt :
a. Makanan rusak atau kadaluwarsa
a. Makanan rusak atau kadaluwarsa
1)
Pilih bahan makanan yang baik dan
utuh
2) Makanan yang
sudah rusak/kadaluwarsa tidak dimakan
b.
Pengolahan
Makanan tidak Akurat
1)
Memasak dengan matang dan panas yang
cukup
2) Makan
makanan dalam akeadaan panas/hangat
3) Panaskan
makanan bila akan dimakan
c.
Lingkungan
tidak bersih / higienis
1)
Tempat penyimpanan makanan matang
dan mentah terpisah
2) Simpan
makanan pada tempat yang tertutup
3) Kandang
ternak jauh dari rumah
4) Tempat
sampah tertutup
d.
Perilaku
tidak higienis
1)
Cuci tangan sebelum makan atau
menyiapkan makan
2) Cuci tangan
pakai sabun sesudah BAB
3) Bila sedang
sakit jangan menjamah makanan atau pakailah tutup mulut.
8. PENYAKIT MALARIA
Cara efektif
mencegah Penyakit Malaria, berdasarkan faktor penyebab penyakit, sebagai
berikut:
a. Lingkungan rumah /ventilasi kurang baik
1)
Memasang kawat kasa pada ventilasi
/lubang penghawaan
2)
Jauhkan kandang ternak dari rumah
ayau membuat kandang kolektif
3)
Buka jendela atau buka genting kaca
agar terang dan tidak lembab
b. Lingkungan sekitar rumah tidak terawat
1)
Sering membersihkan rumput / semak
disekitar rumah dan tepi kolam
2)
Genangan air dialirkan atau ditimbun
3)
Memelihara tambak ikan dan
membersihkan rumput
4)
Menebar ikan pemakan jentik
c. Perilaku tidak sehat
1) Melipat dan
menurunkan kain/baju yang bergantungan
2) Tidur dalam
kelambu
3) Pada malam
hari berada dalam rumah
0 komentar:
Posting Komentar